Diperkirakan, alat ini nantinya bisa membantu tentara yang mengalami luka bakar di medan perang. Apa yang dilakukan printer kulit itu adalah membuat lapisan kulit baru untuk menyembuhkan luka bakar. Metodenya tak jauh berbeda dari printer inkjet biasa.
"Kami memulai dengan menggunakan cartridge printer dengan tinta printer inkjet biasa. Bukannya tinta, kami menggunakan sel kulit di dalam cartridge itu," ujar Dr Anthony Atala, direktur di institut itu, seperti dikutip detikINET dari CNN, Senin (21/2/2011).
Namun mencetak kulit baru tidak sesederhana mencetak di atas kertas. Pertama-tama, pasien harus menyerahkan sampel kulit sehatnya.
Kemudian, sampel itu akan dibiakkan secara terpisah pada sebuah lingkungan yang mengkatalis pertumbuhan sel. "Kami mengembangkan sel itu dalam jumlah besar. Setelah berhasil membuat sel-sel baru, langkah berikutnya adalah meletakkan sel di cartridge lalu mencetaknya di atas pasien," ujar Atala.
Wake Forest menerima dana USD 50 juta dari Departemen Pertahanan untuk berbagai proyek penelitian. Termasuk penelitian printer kulit ini. Selain Wake Forest, kampus Cornell University dan Medical University of South Carolina, Charleston juga meneliti hal serupa.
Diperkirakan masih butuh waktu lebih dari lima tahun sebelum penelitian ini selesai. Itu pun belum tentu bisa langsung digunakan secara praktis, baik di medan perang atau di rumah sakit. Sejauh ini peneliti mengaku puas dengan hasil percobaan awal. Atala mengatakan mereka sudah berhasil mencetak 'kulit yang sehat'. detik.com