Model Baju Terbaru - Ketika menyebut denim Jepang, orang pasti akan mengingat merek-merek seperti Evisu, Edwin, dan mungkin beberapa merek Eropa seperti Nudie, M Jeans, Paul Smith, dan Diesel. Merek-merek ini memang menggunakan denim Jepang untuk menciptakan produk jinsnya. Belakangan lalu muncul brand-brand baru yang populer di Amerika dan Eropa karena desainnya yang menarik dan style-nya yang serius. Sebut saja 7 for All Mankind, J Brand, Goldsign, Dry Bones, Uniqlo, dan sebagainya.
Namun, Japanese denim selalu menarik perhatian karena kualitasnya yang baik. Sesudah Perang Dunia II, ketika pembuat denim Amerika beralih ke moda industri dalam produksinya, alat tenun kuno yang dulu digunakan oleh orang Amerika untuk membuat denim justru dibeli oleh perajin Jepang. Alat tenun ini tergolong padat karya, tetapi menghasilkan denim yang berkualitas tinggi. Tenunannya lebih rapat, dengan finishing yang lebih padat.
Faktor-faktor inilah yang membuat harga denim Jepang sangat tinggi, bisa mencapai 400 dollar AS per potong. Penggunaan kancing dan rivet (paku) membuatnya menjadi denim yang kuat dan tahan lama.
"Yang membuat tenunan Jepang menjadi hebat adalah kedalaman warnanya, teknik pencuciannya membuat warnanya lebih kaya. Yang sama pentingnya adalah bentuk jinsnya. Denim tenun cenderung lebih regular fit," ujar Sam Lobban, buyer untuk pakaian pria di Selfridge. "Hal ini lebih cocok untuk denim yang lebih berat dan kasar, serta sesuai dengan estetika keseluruhannya. Gayanya juga cocok untuk kebanyakan pria."
Merek denim seperti Levi's pun menggunakan denim Jepang untuk sebagian produknya. Begitu pula dengan label high-street lain seperti Gap, yang membuat versi yang harganya lebih terjangkau seperti pada seri 1969.
Pada dasarnya, denim Jepang memiliki karakteristik khusus seperti:
Warnanya lebih biru dan lebih kaya
Denim Jepang menggunakan bahan pewarna indigo yang natural, bukan yang sintetis. Benangnya dicelupkan 30 kali untuk menghasilkan warna yang sangat dalam dan kaya, yang akan memudar dengan indah ketika dimakan waktu. Banyak pabrik denim di Jepang juga menggabungkan teknik yang lebih mahal tetapi merek lain tak pernah membayangkan akan menggunakannya, yaitu rope dyeing. Hasilnya adalah warna yang lebih berani. RJB (Real Japan Blues) misalnya, menggunakan katun dengan kualitas terbaik dari Zimbabwe yang akan menampakkan warna indigo yang terlihat seperti berbulu setelah dicuci.
Tenunannya lebih rapat
Makin banyak katun, yang ditenun dengan rapat, menghasilkan denim yang lebih kaku dan lebih padat. Namun dengan bahan yang lebih keras seperti ini, jins akan lebih tahan lama.
Tenunan mencegah tepi bawahnya robek
Salah satu karakteristiknya yang paling istimewa adalah tepi tenunannya yang dianyam. Tepian bahan yang digunakan memiliki finishing yang ditenun, dan bukannya dipotong dan dijahit lipat seperti jeans pada umumnya. Tenunannya ini bisa dilihat pada jahitan luar kakinya ketika digulung dan bagi penggemar jins merupakan tanda kualitas yang superior. Hasilnya, denim tidak mudah robek.
Denim Jepang juga memiliki keunikan lain seperti pada detailnya. Denim untuk pria saat ini banyak menggunakan skinny cut, hiasan, dan kesan pudar. Skinny jeans muncul dalam warna-warna gelap dan cukup panjang sehingga bisa digulung di pergelangan kaki. Hiasan yang digunakan sangat beragam, dari bordir, rantai, hingga jahitan yang unik. Jins warna gelap selalu populer, tetapi saat ini mulai tersaingi oleh warna-warna dengan kesan pudar yang banyak dipakai anak muda di jalanan Shibuya, Tokyo. Sementara Edwin jins memakai hemline yang berkesan robek.
Artikel Terkait: Tips Nyaman Berbusana Saat lebaran